Cak Asmo yang juga berjualan nasi goreng memilih
untuk menjajakan dagangannya di depan kampus Udayana Sudirman Bali, sehingga
yang membeli nasi gorengnya rata-rata adalah mahasiswa. Bermaksud mengembangkan
usaha Asmo kemudian berpindah tempat, yaitu berjualan di depan sebuah toko.
Sayang, keadaan tersebut tidak berlangsung lama karena posisinya hanya
menumpang tempat, ia pun harus merelakan tempat jualannya digusur.
Selain berjiwa pengusaha, sebagai
seorang Kristiani Cak
Asmo juga memiliki iman
yang kuat. Dalam keadaan yang sulit, Cak
Asmo selalu berdoa pada
Tuhan agar diberikan kelancaran dalam pekerjaannya. Seminggu kemudian doanya
terkabul. Rekan satu gerejanya tiba-tiba memberikan sebuah ruko secara gratis
untuk digunakan Asmo sebagai tempat berjualan.
Dari situlah karir Asmo mulai menanjak.
Rumah makan yang didirikan pada tahun 2007 itu berhasil mencuri perhatian
masyarakat Bali. Salah satu alasan dari cepatnya rumah makanCak Asmo berkembang adalah selain rajin berdoa,
ia juga selalu menghadirkan menu-menu baru di rumah makannya. Hingga akhirnya
rumah makan kecil tersebut menjadi sebuah depot yang tiap harinya dipadati
masyarakat Bali maupun wisatawan.
Sukses dengan depot yang pertama, Asmo
membuka satu depot lagi. Ditengah pengembangan karir yang menanjak, ujian
kembali menerpa bagi pria paruh baya ini. Depot keduanya yang baru saja
dibangun ludes terbakar. Diterpa masalah besar, bukannya membuat Asmo putus
asa, malah ia semakin berserah kepada Tuhan dan berusaha bangkit dari
keterpurukan. Akhirnya iapun mampu membangun kembali depot yang kedua.
Salah satu kunci sukses dari depot Cak Asmo sendiri adalah penetapan harga yang
terjangkau bagi semua kalangan. Dengan moto “Cita Rasa Bos, Kantong
Anak Kost”, depot tersebut sukses menjadi salah satu tempat yang
paling banyak dikunjungi oleh para wisatawan dan masyarakat asli Bali. Bahkan
beberapa orang berkata, “belum ke Bali namanya jika belum mengunjungi depot Cak Asmo”.
Meskipun telah sukses Cak Asmo tetaplah seorang pribadi yang rendah
hati, Ia mengatakan bahwa kesuksesannya adalah datang dari Tuhan. “Jika bukan
Tuhan, hidup saya tidak ada apa-apanya,” tambah Cak Asmo. Kini mantan
pedagang nasi goreng ini sudah menjadi pengusaha sukses dan memperkerjakan
lebih dari 60 orang karyawan.
Segala kesuksesan semua berawal dari “Mimpi,
Kerja Keras, & Doa“. 3 unsur inilah yang membawa pria perantauan
bernama Cak Asmo menjadi salah satu pengusaha restoran ternama di Bali. Dengan
memakai nama restoran sesuai namanya, tempat makanan ini kini menjadi salah
satu favorit masyarakat ataupun para wisatawan di Bali.