KNOCK THE RIGHT DOOR

Knock the Right Door

Usai memenangkan sebuah pertempuran, seorang  jenderal di sebuah kerajaan China kuno membawa pasukannya pulang ke kota raja.  Agar cepat sampai tujuan dia memerintahkan pasukannya mengambil jalan pintas hingga tiba di pinggir sebuah sungai yang cukup lebar. Sang Jendral kemudian bertanya kepada seorang anak kecil yang sedang bermain di tempat itu.

"Nak, bisa tidak kuda-kuda saya melewati sungai ini?" tanyanya.

"Bisa," jawab anak kecil itu dengan sangat  yakin.

Jendral  itupun memerintahkan pasukan untuk menyeberangi  sungai itu.  Makin ke tengah air makin dalam hingga Jendral dan pasukan berkudanya hanyut terbawa arus.  Dengan susah payah Jenderal ini menyelamatkan diri dengan berenang ke pinggir.  Di pinggir sungai dia bertemu lagi dengan anak kecil tadi.

"Hei  anak  kecil,..! tadi kamu bilang kami bisa menyeberang sungai ini," katanya dengan penuh amarah.  "Mengapa kamu bohong?"

"Saya tak tidak bohong,"  jawab anak kecil itu tenang. "Saya melihat kudamu besar-besar dan saya yakin kudamu bisa menyeberang.  Bebek saja yang tubuhnya jauh lebih kecil bisa dengan mudah menyeberang sungai ini," jawab anak ini tanpa rasa bersalah.

Cerita Cina kuno ini juga sering terjadi pada seorang entrepereneur ketika sedang menghadapi masalah. Dia bertanya kepada seseorang  yang dia anggap bisa menjawab masalahnya. Tetapi baru tahu bahwa jawabannya itu salah setelah masalah semakin dalam karena mengikuti saran itu.

Minggu lalu seorang pengusaha ekspedisi di Jakarta datang ke saya menceritakan tentang kerugian yang dialaminya. "Pak Heppy, saya baru kehilangan uang 4,2 miliar," begitu katanya. "Kok bisa?" tanyaku singkat.

"Uang itu  saya beli property setelah mendengar saran dari seorang trainer bisnis," jawabnya.

Pengusaha  ini kemudian panjang lebar menceritakan sejarah usahanya dan kronologis pertemuannya dengan trainer itu. Dari kisah pengusaha ini diketahui bahwa Sang trainer  yang memberi saran itu dulunya adalah seorang  professional yang dikenal  sebagai ahli marketing yang sangat  handal. Kemudian mengundurkan diri sebagai professional dan mendirikan sebuah lembaga training bisnis.

Trainer ini telah menolong puluhan perusahaan dengan meningkatkan angka penjualannya. Track Record ini yang membuat pengusaha tadi yakin mengikuti saran trainer itu. Padahal masalah yang dihadapinya bukan masalah penjualan tetapi keputusan untuk berinvestasi.

Atas saran Si Trainer pengusaha itu kemudian membeli property senailai 4,2 miliar dalam bentuk beberapa unit rumah. Akibatnya dia mengalami kesulitan cash flow sehingga mengganggu operasional usahanya.

Salahkah Si Trainer itu? Tidak. Dia tidak bermaksud menjerumuskan pengusaha itu. Bahkan sebaliknya ingin membantu pengusaha untuk keluar dari masalahnya.

Sama seperti anak kecil yang hampir menenggelamkan  jendral dan pasukannya tadi. Anak itu  tidak bermaksud menenggelamkan jendral dan pasukannya. Dia hanya menyarankan berdasarkan keyakinannya saja setelah membandingkan antara kuda dan bebek. Tetapi dia sendiri tidak pernah mengalami langsung bagaimana caranya menyeberangi sungai itu. Apalagi sampai mengetahui kedalaman air dan  kekuatan arusnya.

Agar tidak mengalami hal yang sama seperti  jendral itu maka kita harus bertanya kepada orang yang tepat sesuai dengan masalah yang kita hadapi. Ketika saya mengalami  kejatuhan usaha dan terlilit utang yang cukup besar saya memutuskan  mencari seorang mentor bisnis.

Teman dekat saya, seorang ustadz menasehati saya  dengan kalimat yang singkat yang selalu saya ingat, "Hep, mencari ilmu itu harus dengan ilmu". Dengan nasehat  singkat itu membuat saya selalu berupaya untuk mencari orang yang tepat  untuk bertanya tentang masalah bisnis saya.  Seorang mentor saya di Austin Texas menganjurkan untuk mencari orang yang tepat ini dengan sebuah ungkapan pendek, "Knock The Right Door".